JAKARTA – Donald Trump mengalahkan Hillary Clinton menyusul hasil pemilihan presiden langsung Amerika Serikat (AS), meningkatkan ketidakpastian global. Namun terpilihnya Trump juga akan menguntungkan Indonesia.
Anton Gunawan, Kepala Ekonom Bank Mandiri, mengatakan arah kebijakan Donald Trump tidak jelas dan tidak menjamin ketenangan dan kedamaian.
Bahkan, berpotensi menimbulkan konflik. Hal ini telah meningkatkan ketidakpastian dan meningkatkan volatilitas di pasar keuangan global.
“Risiko telah diukur dan dapat dimitigasi, namun semakin besar ketidakpastian, semakin besar kemungkinan volatilitas di pasar keuangan akan meningkat. Ini adalah sesuatu yang harus kita waspadai naik turun.” (11 September 2016 ).
Menurut Anton, pertumbuhan ekonomi negara bisa melambat jika arah kebijakan Trump bertentangan dengan konsensus.
Ini akan mencegah bank sentral AS untuk mempercepat suku bunga acuan, yang akan menguntungkan Indonesia.
Sebelum kebijakan menjadi jelas di AS, bank sentral AS masih akan mempertahankan suku bunga.
“Sampai saat itu, devisa akan masuk ke negara-negara seperti Indonesia,” imbuhnya.
Tak hanya itu, investor akan beralih ke aset yang lebih aman seperti emas, termasuk instrumen keuangan selain yang diterbitkan AS.
Ini memiliki efek mempertahankan nilai tukar dolar AS yang tinggi terhadap mata uang lainnya.
Anton memprediksi hingga akhir tahun ini nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan berada di kisaran Rp 13.100 per dolar AS.
Menurutnya, business intelligence selama ini cukup untuk menjaga rupiah agar tidak terlalu cepat menguat dan terlalu cepat melemah.
Namun, Anton juga menemukan bahwa fundamental ekonomi Indonesia belum cukup kuat, terutama di sektor riil.
Pasalnya, pengumuman pertumbuhan PDB awal pekan ini justru menunjukkan bahwa permintaan masih lemah.
Jika fundamental ekonomi Indonesia kurang kuat, investor tentu akan mempertimbangkan untuk menggelar aset di Indonesia.
Koresponden: Adinda Ade Mustami