Azwim Zulliandri: Gadis Penjual Tangis
Kuseduh kopi hiam sedikit gula. Kunikmati seGap teguknya sambil menunggu hujan reda. Tapi sepertinya hujan kali ini agak lama. Sudah sedari dua jam yang lalu hujan begitu deras. Dan sekarang derasnya masih akan menguyupkan badan. Semenura, genangan di parkiran kampus sudah hampir mencapai lutut orang dewasa. Terlihat sedan lawasku di sudut parkiran sudah separuh bannya ditelan air. “Waduuh, bisa mogok nanti nih,” batinku.